Banyak yang menyarankan bahwa pendakian hendaknya ditemani oleh pendaki yang sudah andal/pernah mendaki gunung tersebut. Namun dengan kemajuan tehnologi, dalam kondisi tertentu, pendakian dapat dilakukan sendiri (oleh tim yang benar-benar belum pernah melakukan pendakian) dengan rencana yang matang dan peralatan yang memadai.
Berdasarkan pengalaman penulis, tools yang paling berguna saat melakukan pendakian sendiri adalah GPS. Banyak model dan merk GPS beredar luas dipasaran. Saya akan membahas tentang GPS Garmin eTrex 10 yang ane pernah gunakan sebagai alat bantu untuk melakukan pendakian nekat (tanpa didampingi oleh pendaki berpengalaman).
sumber: media promosi garmin |
Sekilas eTrex 10
eTrex 10 merupakan kasta terendah (GPS basic) dari 3 varian eTrex yang dikeluarkan oleh Garmin. eTrex 10 sebagai kasta terendah hanya dibekali dengan layar monochrome, memori 8mb yang butuh trik untuk mengopreknya, serta peta basic built in yang kurang berguna. Namun terkait dengan fungsi navigasi, eTrex 10 mampu menyimpan 50 rute, 10.000 titik jejak langkah (apa ini istilahnya), serta 100 waypoint (titik-titik patokan penting dalam perjalanan).
Fitur tambahan yang (menurut saya) kurang berguna untuk pendakian adalah kalender memancing serta pengukur luas lokasi. Jika anda menginginkan layar berwarna, memori external, dapat dimasuki peta tambahan, memiliki barometer, kompas digital, dan fitur lainnya silahkan membeli versi eTrex yang lebih tinggi.
jenis eTrex, sumber: website garmin |
Penggunaan eTrex 10
Menggunakan eTrex 10 jangan disamakan dengan menggunakan google maps di hape android. Untuk menentukan lokasi awal, eTrex 10 memerlukan waktu sekitar 45 detik untuk menentukan lokasi kita. Saat eTrex sedang mencari lokasi awal, maka sebaiknya kita tidak bergerak. Jika bergerak maka eTrex tidak akan bisa menemukan lokasi anda.
Saya menyarankan agar penggantian batere dilakukan saat sedang istirahat/diam di tempat. Karena begitu batere diganti, maka eTrex 10 akan mulai pencarian dari awal seakan-akan itu tempat baru. Padahal GPS dari sebelum batere diganti diam aja disitu.
Tampilan etrex 10. Yang sebelah kanan sendiri itu contoh tampilan basemap nya. Gak guna banget kan ya? |
Untuk kepentingan navigasi sendiri, eTrex 10 dapat terkoneksi dengan sistem GPS (punya amerika) atau sekaligus GPS + Glonass (punya rusia). Berdasarkan pengalaman penulis, pada kondisi tertentu, koneksi ke GPS+Glonass memberikan akurasi yang lebih tinggi daripada GPS saja. Tapi untuk menghemat batere, GPS saja sudah cukup.
Tampilan status sinyal satelit pada eTrex 10 |
Namun untuk kebutuhan navigasi, eTrex 10 dikombinasikan dengan software basecamp, log GPS dari pendaki sebelumnya (donlot di everytrail), serta kompas biasa seharga 15-ribuan sudah cukup untuk membackup keperluan navigasi pendakian. Saat mendaki gunung gede-pangrango misalnya, kita tidak memerlukan peta lengkap pulau jawa, atau peta lengkap Indonesia.
Kita hanya perlu peta jalur/track pendakian di gunung gede-pangrango, lokasi sumber air, pos-pos yang harus dilewati, dan informasi penting lainnya yang bergantung pada kematangan persiapan pendakian kita. Terlebih lagi untuk pendaki pemula, informasi kuantitatif mengenai berapa meter lagi sampai ke pos berikutnya akan jauh lebih memotivasi daripada sekedar php dengan kalimat "bentar lagi nyampai lho".
ilustrasi pendakian, sumber: dokumentasi teman |
Jadi apa sih kelebihan eTrex 10 ini dalam pendakian gunung?
Pertama, eTrex 10 harganya murah sehingga duit bisa dialokasikan untuk keperluan lain. Kedua, walaupun tidak dilengkapi dengan peta (peta basic sama aja dengan gak ada peta menurut saya), kita bisa memasukkan track pendakian, pos pendakian, dan tempat/titik penting lainnya. Ketiga, sebagai penyemangat tim. eTrex 10 akan menampilkan posisi kita dimana dan jarak tempuh kurang berapa.
Dan yang paling penting adalah etrex 10 dapat memberikan reasonable assurance ketepatan arah langkah kita untuk mencapai tujuan. Dengan memantau posisi kita di GPS kita bisa mengetahui apakah kita melenceng dari track yang sudah direncanakan atau tidak. Misalkan terjadi hambatan/musibah tidak terduga, kita tau posisi kita dimana, jarak dengan pos/tempat penting lain berapa, dan pengambilan keputusan akan lebih tepat.
GPS memang membuat pendakian menjadi lebih mudah, namun kita harus tetap berdoa, meminta kepada sang maha pencipta alam agar selamat selama perjalanan.