Sabtu, 25 April 2015

Garmin eTrex 10, Tools Hemat Untuk Pendaki Pemula

Mendaki gunung merupakan kegiatan yang berisiko tinggi. Beberapa kegiatan pendakian yang tidak didukung dengan persiapan memadai dapat berujung dengan kehilangan nyawa. Persiapan tentunya meliputi rencana perjalanan, peralatan dan perbekalan, serta kekompakan tim.

Banyak yang menyarankan bahwa pendakian hendaknya ditemani oleh pendaki yang sudah andal/pernah mendaki gunung tersebut. Namun dengan kemajuan tehnologi, dalam kondisi tertentu, pendakian dapat dilakukan sendiri (oleh tim yang benar-benar belum pernah melakukan pendakian) dengan rencana yang matang dan peralatan yang memadai.

Berdasarkan pengalaman penulis, tools yang paling berguna saat melakukan pendakian sendiri adalah GPS. Banyak model dan merk GPS beredar luas dipasaran. Saya akan membahas tentang GPS Garmin eTrex 10 yang ane pernah gunakan sebagai alat bantu untuk melakukan pendakian nekat (tanpa didampingi oleh pendaki berpengalaman).
sumber: media promosi garmin

Sekilas eTrex 10
eTrex 10 merupakan kasta terendah (GPS basic) dari 3 varian eTrex yang dikeluarkan oleh Garmin. eTrex 10 sebagai kasta terendah hanya dibekali dengan layar monochrome, memori 8mb yang butuh trik untuk mengopreknya, serta peta basic built in yang kurang berguna. Namun terkait dengan fungsi navigasi, eTrex 10 mampu menyimpan 50 rute, 10.000 titik jejak langkah (apa ini istilahnya), serta 100 waypoint (titik-titik patokan penting dalam perjalanan).

Fitur tambahan yang (menurut saya) kurang berguna untuk pendakian adalah kalender memancing serta pengukur luas lokasi. Jika anda menginginkan layar berwarna, memori external, dapat dimasuki peta tambahan, memiliki barometer, kompas digital, dan fitur lainnya silahkan membeli versi eTrex yang lebih tinggi.
jenis eTrex, sumber: website garmin
Semua kasta eTrex tersebut dirancang agar tahan air. eTrex 10 untuk harga secondnya berada di kisaran 800-ribuan. Jika membeli baru ada di harga 1,4-juta-an. Sedangkan untuk kasta tertinggi (eTrex 30) bisa mencapai 3 juta rupiah.

Penggunaan eTrex 10
Menggunakan eTrex 10 jangan disamakan dengan menggunakan google maps di hape android. Untuk menentukan lokasi awal, eTrex 10 memerlukan waktu sekitar 45 detik untuk menentukan lokasi kita. Saat eTrex sedang mencari lokasi awal, maka sebaiknya kita tidak bergerak. Jika bergerak maka eTrex tidak akan bisa menemukan lokasi anda.

Saya menyarankan agar penggantian batere dilakukan saat sedang istirahat/diam di tempat. Karena begitu batere diganti, maka eTrex 10 akan mulai pencarian dari awal seakan-akan itu tempat baru. Padahal GPS dari sebelum batere diganti diam aja disitu.
Tampilan etrex 10. Yang sebelah kanan sendiri itu contoh tampilan basemap nya. Gak guna banget kan ya?
Layar eTrex yang kecil membuat kurang nyaman dalam bernavigasi. Parahnya lagi, eTrex 10 sangat lambat dalam melakukan zooming/geser-geser tampilan peta. Misal anda saat ini sedang melihat peta/track (yang dibuat manual dengan software garmin basecamp, karena secara teknis eTrex 10 ini kosongan/tanpa peta) dengan skala 100 meter. Kemudian karena anda ingin melihat lebih detail lagi, anda mengubah skala menjadi 50 meter. Maka ingatlah ayat Alquran yang berbunyi "sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar". #edisianaksoleh

Untuk kepentingan navigasi sendiri, eTrex 10 dapat terkoneksi dengan sistem GPS (punya amerika) atau sekaligus GPS + Glonass (punya rusia). Berdasarkan pengalaman penulis, pada kondisi tertentu, koneksi ke GPS+Glonass memberikan akurasi yang lebih tinggi daripada GPS saja. Tapi untuk menghemat batere, GPS saja sudah cukup.
Tampilan status sinyal satelit pada eTrex 10
Walaupun dilengkapi dengan menu kompas, eTrex 10 mengambil info kompas melalui sinyal satelit. Jadi jangan dibayangkan seperti anda memakai kompas manual atau device dengan digital compass. Kompas eTrex 10 sama sekali tidak bisa diandalkan.

Namun untuk kebutuhan navigasi, eTrex 10 dikombinasikan dengan software basecamp, log GPS dari pendaki sebelumnya (donlot di everytrail), serta kompas biasa seharga 15-ribuan sudah cukup untuk membackup keperluan navigasi pendakian. Saat mendaki gunung gede-pangrango misalnya, kita tidak memerlukan peta lengkap pulau jawa, atau peta lengkap Indonesia.

Kita hanya perlu peta jalur/track pendakian di gunung gede-pangrango, lokasi sumber air, pos-pos yang harus dilewati, dan informasi penting lainnya yang bergantung pada kematangan persiapan pendakian kita. Terlebih lagi untuk pendaki pemula, informasi kuantitatif mengenai berapa meter lagi sampai ke pos berikutnya akan jauh lebih memotivasi daripada sekedar php dengan kalimat "bentar lagi nyampai lho".
ilustrasi pendakian, sumber: dokumentasi teman
Kesimpulan
Jadi apa sih kelebihan eTrex 10 ini dalam pendakian gunung?

Pertama, eTrex 10 harganya murah sehingga duit bisa dialokasikan untuk keperluan lain. Kedua, walaupun tidak dilengkapi dengan peta (peta basic sama aja dengan gak ada peta menurut saya), kita bisa memasukkan track pendakian, pos pendakian, dan tempat/titik penting lainnya. Ketiga, sebagai penyemangat tim. eTrex 10 akan menampilkan posisi kita dimana dan jarak tempuh kurang berapa.

Dan yang paling penting adalah etrex 10 dapat memberikan reasonable assurance ketepatan arah langkah kita untuk mencapai tujuan. Dengan memantau posisi kita di GPS kita bisa mengetahui apakah kita melenceng dari track yang sudah direncanakan atau tidak. Misalkan terjadi hambatan/musibah tidak terduga, kita tau posisi kita dimana, jarak dengan pos/tempat penting lain berapa, dan pengambilan keputusan akan lebih tepat.

GPS memang membuat pendakian menjadi lebih mudah, namun kita harus tetap berdoa, meminta kepada sang maha pencipta alam agar selamat selama perjalanan.

Jumat, 24 April 2015

Asus UX305, Laptop Tipis Tapi Mahal

Kemarin salah satu teman (baca: sumber contekan) di kampus tiba-tiba mengeluarkan laptop baru ditengah-tengah bahas tugas. Niatnya sih mau nunjukin hasil kerjaan kelompok dia, tapi teman-teman pada salah fokus, malah ngelihatin laptop barunya.

Gimana gak menarik perhatian, laptop barunya ini tipis, hanya sedikit lebih tebal dari port USB. Dengan berbekal body aluminium berwarna cokelat dengan finishing glossy, jadilah kesan mewah dari laptop ini makin ketara. Walaupun awalnya gak mau ngaku, tapi akhirnya ane berhasil menelusuri laptop itu di internet. Ternyata itu laptop versi baru dari Asus yaitu UX305.

sumber: techradar.com
Penampakan
Laptop Asus UX305 dimasukkan Asus dalam kasta Zenbook, yaitu kasta laptop tipis dengan performa bagus dan harga yang bagus juga. Segmen yang dibidik oleh kasta ini yaitu mereka yang butuh banget sama performa dan portabilitas, orang yang gak mau bawa laptop berat-berat, orang yang menganggap duit 10 juta kayak duit 100 ribu, atau anak raja.

sumber: website asus

Penampakannya memang tipis dan ringan banget. Kalau lagi digunakan (layar dibuka ke atas) makin ketara kesan tipisnya karena body laptop hampir sama dengan port USB. Bahkan sama flasdisk aja bisa jadi lebih tipis laptop ini. Memang laptop ini tidak seperti laptop kebanyakan yang menipiskan bagian depannya saja untuk mengesankan tipis walaupun aslinya tebal dan berat.

Built quality
Salah satu pertimbangan dari membeli laptop, selain karena penampakan, adalah karena built quality nya. Jangan sampai laptop mahal yang dibeli cepat rusak gara-gara kualitas yang gak bagus.

Asus UX305 memiliki body aluminium yang menurut berbagai sumber di internet lebih bagus dari pada bodi plastk. Namun saat ane lakukan test kipas-kipas (laptop ane pegang dalam kondisi tertutup kemudian ane pakai untuk kipas-kipas kayak ngipasi sate), body laptop agak melentur. Hal itu membuat tes kipas-kipas langsung ane hentikan (takut rusak gak bisa ganti).
varian warna Asus UX305, sumber: website asus
Berbeda saat ane melakukan test kipas-kipas pada Lenovo Yoga 10 (punya teman juga). Bodi Lenovo Yoga 10 tidak melentur dan mampu menghasilkan angin yang cukup untuk mendinginkan badan. Tapi memang tujuan beli laptop tipis bukan untuk kipas-kipas, jadi oke anggap saja built quality cukup memadai.

Hardware
Semua varian laptop ini memiliki display 13,3 inci dengan dua jenis pilihan resolusi yaitu 1920 x 1080 dan 3200 x 1800. Menurut saya ukuran ini sudah cukup besar bagi mereka yang mengejar portabilitas.

Laptop ini dibekali dengan processor Intel Core M yang merupakan processor generasi terbaru yang memiliki efisiensi daya sangat tinggi tanpa mengorbankan (banyak) performa sehingga mampu mewujudkan laptop tanpa kipas (halah opo iki). Processor Intel Core M ini juga dipakai oleh New Macbook dari Apple.

Asus UX305 menggunakan 2 jenis processor yaitu Intel Core M 5Y10 dan Intel Core M 5Y71. Adapun perbandingan lengkap kedua jenis processor tersebut sebagai berikut:
sumber: website intel

Perbedaan utama terletak pada clock base dari processor tersebut. Intel Core M 5Y10 hanya memiliki clock base 800Mhz, sedangkan Intel Core M 5Y71 memiliki clock base 1,2Ghz. Perbedaan lain terkait dengan kedua processor ini bisa dilihat di website intel.

Untuk pemakaian sehari-hari, menurut teman ane laptop ini mudah panas (teman ane orang Jawa Timur dan ketika cerita dia bilang "laptope puanas kon nek digawe suwi-suwi"). Sebelumnya teman ane ini menggunakan laptop asus dengan processor intel atom. Mungkin faktor ruangan gak ada AC nya juga menjadi salah satu penyumbang panas laptop.

Daya tahan baterei di klaim mencapai 10 jam, tapi teman saya belum memiliki kesempatan untuk membuktikan.

Harga
Berdasarkan daftar harga dari viraindo.com per tanggal 25 April, harga Asus UX305 untuk versi paling murah sebesar 10 juta rupiah dan paling mahal 13 juta rupiah. Tentunya laptop kelas premuim seperti ini sudah termasuk dengan OS nya.

Pendapat lain
Dalam mereview Asus UX305, anandtech.com mengambil kesimpulan sebagai berikut:
ASUS has really raised the bar for what someone can expect in a mid-range device.
Techradar.com memberikan kesimpulannya sebagai berikut:
A most affordable and excellent Ultrabook
 laptopmag.com memberikan kesimpulannya sebagai berikut:
The ZenBook UX305 stuns with a gorgeous all-aluminum body, a thin, fanless design, and 9-plus hours of battery life -- all for just $699. 
Kesimpulan penulis
Jika manfaat dari laptop ini sebanding dengan harga yang ditawarkan maka tidak ada salahnya dibeli. Namun jika kebutuhan hanya sebatas word, excel, powerpoint, muter film serta dalam kondisi kantong kempes (penyakit mahasiswa) maka rasa-rasanya netbook second seharga satu jutaan sudah mampu mengcover kebutuhan tersebut.